Apakah Anda familiar dengan istilah metode SDLC ? Metode SDLC, atau Software Development Life Cycle, merujuk pada serangkaian proses, model, dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan dan memodifikasi sistem perangkat lunak. Tujuan metode SDLC adalah untuk mendukung pengembangan produk perangkat lunak. Meskipun ada berbagai jenis metode SDLC, kita akan memfokuskan pada empat metode yang umum digunakan dalam pembahasan ini.
Apa Saja Metode SDLC Yang Di Terapkan Kedalam Fase Pengembangan?
Waterfall
Metode pertama dalam SDLC adalah waterfall. Waterfall adalah pendekatan yang menekankan pada urutan tahapan yang terstruktur dan sistematis. Dinamai waterfall karena prosesnya mengalir secara berurutan dari satu tahap ke tahap berikutnya seperti air terjun. Dalam metode ini, setiap tahap dilakukan secara berturut-turut sesuai dengan urutannya.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam metode waterfall:
- Pengumpulan dan analisis kebutuhan
- Desain
- Implementasi
- Integrasi & pengujian
- Verifikasi
- Operasi & pemeliharaan
Metode waterfall memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
- Proses terstruktur memungkinkan perencanaan dan jadwal yang baik.
- Cocok untuk sistem dengan kompleksitas yang rendah dan dapat diprediksi.
- Setiap tahap dilakukan secara terpisah tanpa tumpang tindih.
Namun, metode ini juga memiliki kekurangan, seperti:
- Waktu pengerjaan relatif lebih lama karena harus menunggu penyelesaian tahap sebelumnya.
- Biaya pengembangan lebih tinggi karena waktu pengembangan yang lebih lama.
- Tidak cocok untuk proyek dengan kompleksitas tinggi.
- Dalam pengembangan perangkat lunak, penting untuk mempertimbangkan baik kelebihan maupun kekurangan dari setiap metode yang digunakan.
Berikut adalah gambar metode SDLC Waterfall :
Prototype
Metode berikutnya dalam SDLC adalah prototype. Prototype adalah pendekatan yang memungkinkan pengguna untuk memiliki gambaran awal tentang perangkat lunak yang akan dikembangkan, serta memungkinkan pengujian awal sebelum perangkat lunak selesai.
Metode ini bertujuan untuk mengembangkan model awal menjadi perangkat lunak final dengan lebih cepat dan biaya yang lebih rendah. Prototype memiliki beberapa tahapan dalam pengembangan perangkat lunak:
- Analisis kebutuhan
- Pembuatan prototype
- Evaluasi prototype
- Pengkodean sistem
- Pengujian sistem
- Evaluasi sistem
- Penggunaan sistem
Metode prototype memiliki beberapa kelebihan, seperti memperpendek waktu pengembangan perangkat lunak dan memudahkan penerapan fitur karena pengembang mengetahui harapan pengguna. Namun, metode ini juga memiliki kekurangan, seperti proses analisis dan perancangan yang terlalu singkat dan kurang fleksibel jika terjadi perubahan.
Dalam pengembangan perangkat lunak, penting untuk mempertimbangkan baik kelebihan maupun kekurangan dari setiap metode yang digunakan.
Berikut adalah gambar metode SDLC Prototype :
Agile
Metode SDLC ketiga adalah agile, yang merupakan pendekatan fleksibel di mana pengembangan dilakukan dalam periode waktu pendek dengan adaptasi cepat terhadap perubahan.
Tujuan dari metode agile adalah menghasilkan sistem aplikasi yang bernilai tinggi dan berfungsi, serta melakukan pengembangan secara iteratif, berulang, dan evolusioner. Hal ini juga bertujuan untuk mengendalikan biaya dan mengembangkan produk dengan kualitas tinggi, serta meminimalkan risiko dan meningkatkan kolaborasi antar tim.
Metode agile memiliki beberapa kelebihan, seperti kemampuan untuk menangani perubahan dengan cepat, proses pengembangan yang relatif cepat, dan keterlibatan klien dalam memberikan umpan balik. Namun, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti kurang cocok untuk tim besar, kebutuhan untuk selalu siap terhadap perubahan, dan kurang cocok untuk tim yang berkomitmen pada proyek bersama-sama.
Dalam penggunaan metode agile, penting untuk mempertimbangkan baik kelebihan maupun kekurangannya agar pengembangan perangkat lunak dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Berikut adalah gambar metode SDLC Agile :
Fountain
Metode SDLC terakhir adalah fountain. Metode fountain merupakan penyempurnaan dari metode waterfall, di mana jenis tahapan masih sama namun beberapa tahapan dapat didahulukan atau dilewati, sementara beberapa tahapan tidak bisa dilewati untuk menghindari tumpang tindih.
Berikut adalah tahap-tahap pengembangan perangkat lunak menggunakan metode fountain.
- Spesifikasi kebutuhan pengguna: Identifikasi kebutuhan pengguna terhadap perangkat lunak yang sedang dikembangkan.
- Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak: Penyesuaian perangkat lunak dari perspektif pengguna.
- Desain sistem: Pembuatan desain sistem sebelum dilakukan implementasi.
- Desain program: Perbaikan desain yang mendekati hasil akhir dari perangkat lunak.
- Implementasi: Melakukan implementasi sesuai dengan desain sebelumnya.
- Pengujian program: unit: Pengujian terhadap unit-unit yang diperlukan dalam perangkat lunak.
- Pengujian program: sistem: Pengujian terhadap sistem perangkat lunak secara keseluruhan sebelum penggunaan.
- Penggunaan program: Memberikan pengajaran kepada pengguna untuk menggunakan perangkat lunak.
- Perawatan perangkat lunak: Melakukan perawatan seperti pembaruan sistem atau perbaikan bugs.
- Metode fountain memiliki kelebihan dan kekurangan yang mirip dengan metode waterfall karena merupakan penyempurnaan dari metode tersebut.
Kelebihan metode fountain meliputi proses yang terurut, cocok untuk sistem dengan kompleksitas rendah, dan dapat memungkinkan beberapa tahapan dilewati atau didahulukan tanpa tumpang tindih.
Berikut adalah gambar metode SDLC Fountain :
Kesimpulan
Sekarang kamu sudah familiar dengan berbagai metode SDLC yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak, bukan? Dalam praktiknya, tiap tim cenderung memilih metode yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan preferensi, mengingat setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri.
Semoga dengan memahami baik kelebihan dan kekurangan dari tiap metode, kamu dan timmu bisa memilih metode yang paling cocok untuk pengembangan program yang sedang dikerjakan.
0 Comments